Morning Coffee

Pagi adalah inspirasi

Step

Setiap Langkah Kecil adalah Progres Besar bagi Hidup

Night

Bintang-bintang hanyalah masa lalu

Miracle

Keajaiban muncul dari energi tersembunyi di setiap manusia

God

Tuhan selalu ada di setiap sudut tersembunyi dari jiwa manusia

Rabu, 28 Oktober 2015

Memahami Merah Putih dari Ndog Abang (Telur Merah)

Ndog abang atau telur merah sering kita jumpai saat prosesi Grebeg Mulud, Syawal, maupun Besar. Telur merah biasanya dijual di pinggir-pinggir jalan pada saat berlangsungnya pasar malam Sekaten maupun pada saat prosesi Grebeg. Telur merah ditusuk kayu bambu dengan hiasan kertas minyak warna warni di atasnya. Dahulu pada saat menjelang Grebeg, kita dengan mudah menjumpai para penjual telur merah. Namun seiring bergulirnya modernisasi, penjual telur merah pun dapat dihitung dengan jari. Telur merah tidak hanya sekadar makanan camilan yang dijajakan untuk anak-anak. Telur merah ternyata memiliki simbol dan filosofi tinggi yang berkaitan dengan falsafah Jawa tentang kehidupan. Menurut KRT Jatiningrat atau biasa disapa Romo Tirun, budayawan keraton Yogyakarta, Telur merah memiliki makna tentang asal usul manusia. Telur merah terdiri dari bagian putih atau putihan dan cangkang yang diwarnai dengan warna merah. Putih adalah simbol laki-laki atau sperma, sedangkan cangkang merah berarti wanita atau lebih spesifiknya rahim wanita yang membungkus kuning telur atau calon bayi atau manusia baru. Merah dan putih ini dimaknai lebih dalam falsafah Jawa kuno yang dihubungkan dengan perilaku manusia. Jawa mengenal merah dan putih sebagi gula kelapa. Gula adalah gula aren yang juga berasal dari kelapa. Kelapa sendiri di Jawa merupakan buah yang istimewa. Selain karena kontur Nusantara sendiri yang sangat mudah menemukan buah kelapa, pelajaran tinggi tentang hidup dan menemukan siapa sejatinya Tuhan juga berasal dari buah kelapa. Kelapa mempunyai kulit bernama sabut, atau dalam bahasa Jawa disebut sepet yang berkonotasi dengan sipat atau sifat. Sifat merupakan bawaan lahiriah yang membentuk seorang manusia, seperti iri, dengki, marah, dan lain lain. Seorang manusia yang ingin sempurna dan mengenal Tuhan harus membuang sepet atau sipat, hingga bertemu dengan batok kelapa. Batok dikonotasikan dengan bathuk atau kening yang berisi logika. Seseorang yang ingin memahami sifat Tuhan, harus membuang logika setelah membuang sipat. Logika adalah suara batin yang kadang menyesatkan dan menggoda manusia dalam berbuat baik. Kadang logika manusia justru menutup niat untuk berbuat baik walaupun telah membuang sipat atau sifat manusiawinya. Maka untuk mengenal Tuhan lebih dekat, kita harus membuang batok sehingga menemukan daging kelapa yang berwarna putih. Daging inilah sejatinya jiwa manusia. Jiwa manusia selalu jujur sehingga digambarkan berwarna putih bersih seperti daging kelapa. Jiwa ini lah yang harus didalami seorang manusia yang ingin mengenal Tuhan, karena dalam daging kelapa atau jiwa manusia terdapat banyu degan atau air kelapa yang berupa air murni. Air ini merupakan air yang benar-benar steril dan bisa mengalahkan racun apapun. Air murni itulah Tuhan. Kita akan mencapai Tuhan saat kita bisa membuang sifat buruk manusiawi kita, membuang logika, dan terakhir menyelami jiwa murni dari daging buah kelapa yang berwarna Putih hingga menemui banyu degan yang luar biasa khasiatnya mampu mengalahkan racun apapun. Gula kelapa atau merah putih begitu memiliki makna tinggi dalam sejarah Jawa dan Nusantara. Bahkan kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara dan Jawa, yakni Majapahit, pun menggunakan gula kelapa atau merah putih sebagai panji-panji kebesaran yang berkibar kencang hingga dataran genting di Semenanjung Melayu. Negara besar penerusnya pun menggunakan panji panji gula kelapa atau merah putih sebagai bendera kebangsaan, yakni Indonesia. Namun sayang, saat ini tidak ada lagi yang memaknai gula kelapa atau merah putih secara dalam. Masyarakat sekarang memaknai merah putih sebagai darah dan tulang semata, akibat propaganda politis yang mengerdilkan ajaran Jawa kuno yang begitu tinggi. Orang hanya tahu merah putih, namun tidak paham apa dan darimana merah dan putih itu berasal. Indonesia tidak kebetulan saja dibentuk. Negara besar baru ini dibentuk karena takdir menjadi keturunan dan penerus Majapahit. Negara ini dibentuk dengan filosofi tinggi dari mulai bendera kebangsaan, lambang negara, hingga tanggal-tanggal bersejarahnya. Seperti juga Terbentuknya Amerika Serikat yang memiliki sejarah tersembunyi yang berhubungan dengan Free Mason, negara ini didirikan dalam puing kebesaran Jawa yang diwakili dalam simbol simbol negara. Telur merah atau ndog abang, adalah pengingat kita akan kebesaran merah dan putih, penyatuan laki-laki dan perempuan yang membentuk kehidupan baru, dan falfafah tinggi akan manusia dan ketuhanan. Setiap 3 kali dalam setahun, pada saat Grebeg, tanpa sengaja kita selalu diingatkan akan teori kejadian dan akal budi tinggi manusia yang disimbolkan dalam merah putih. Dahulu nenek moyang kita mengibaratkan, jika kita memakan ndog abang, makan secara simbolis kita akan "memakan" ajaran tingginya tentang ketuhanan dan perilaku baik, sehingga diharapkan, prosesi seperti Grebeg tidak hanya sekadar prosesi, namun juga sebuah ajaran yang dapat mengedukasi masyarakat tentang kehidupan dan ketuhanan. Sayang, ajaran tinggi itu pelan-pelan musnah ditelan modernisasi yang semakin hari semakin tidak terarah dan menyesatkan. Merah putih hanya dikibarkan, dan dihormati, namun tidak lagi dipahami....

Rabu, 07 Oktober 2015

Cinta Tumbuh bukan Di Pernikahan

Mencintai hingga menikah adalah merupakan ikrar untuk mencoba... Jangan dulu bilang anda begitu mencintainya saat anda ada di pelaminan... Pernikahan adalah kesepakatan untuk saling berpegangan tangan menantang hidup... Mencintai sesungguhnya adalah ketika anda dan dia tetap berpegangan tangan saat kerasnya hidup menerpa anda... Seperti kapal yang harus bertahan di tengah badai yang membuatnya terombang ambing... Satu persatu kesulitan menghantam, membuat anda dan pasangan anda harus saling menopang agar tidak tenggelam... Mencintai ada di sini.... Ketika anda merasa tim anda tidak solid tanpa ada dia.... Ketika keindahan itu tidak hanya berawal dari fisiknya yang menjadi alasan anda di awal untuk mencintainya... Ketika akhirnya keindahan yang lebih sejati muncul karena kebersamaan anda mengemudikan "kapal" yang anda kendarai... Itulah mengapa orang Jawa selalu berpesan..."Witing tresno jalaran seko kulino..." atau Cinta berawal dari kebiasaan.... Bukan karena kebiasaan bertemu, kebiasaan mengatakan kata cinta, kebiasaan bersama, dan kebiasaan kebiasaan lain... Namun kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan bersama...sudah saling mengerti akibat kebiasaan menghadapi masalah bersama...dan kebiasaan saling melengkapi dalam setiap ujian yang diberikan Tuhan... Banyak pasangan yang gagal mengatasi dan membuktikan cinta yang anda selalu ucapkan atau bahkan anda ikrarkan di pernikahan karena tidak sanggup saling melengkapi, tidak mampu mengendalikan "kapal" dalam badai, dan tidak bisa menghadapi ujian hidup dengan saling menopang dengan kesadaran penuh bahwa semua adalah perjalanan yang harus dilalui... Akhirnya mereka memutuskan untuk berjalan sendiri sendiri.... Bagi saya mencintai itu baru dimulai saat permainan sepakbola sudah berjalan, bukan sebelum permainan di mulai atau peluit wasit baru saja ditiupkan... Bagaimana membongkar pertahanan dalam untuk mencapai sebuah kemenangan diperlukan saling pengertian yang tinggi antara seorang playmaker sekelas Xavi dengan penyerang sekaliber Luis Suarez. Playmaker harus tahu kemana striker bergerak agar dapat mengumpan, dan striker harus memahami pola pikir playmaker kemana playmaker tersebut akan mengumpan sehingga ia tahu kemana harus bergerak... Saat saling pengertian itu terbangun, maka sebuah tim akan menciptakan serangan-serangan berbahaya demi mencapai kemenangan... Maka sekali lagi...jangan merasa mencintai dahulu sebelum cinta itu dibuktikan di tengah kerasnya hidup yang kita lalui..... Cinta tumbuh bukan saat sebelum menikah, namun saat anda tahu, dia sangat berarti bagi anda untuk bertahan dalam mengatasi cobaan hidup.... Ikatan dua buah kayu atau bambu akan diuji kekuatannya bukan saat proses mengikat selesai, namun saat sudah di coba mengangkut beban.....

Jumat, 02 Oktober 2015

Ketika Maghrib di Pancoran

Saya bahkan sudah lupa nama dari pasangan sederhana berusia lanjut itu. Keduanya saya temui ketika saya membuat liputan kisah-kisah Ramadhan di tahun 2005 silam, tentang penyapu jalanan ibukota. Saya dan reporter waktu itu mendatangi sebuah rumah, yang lebih tepat disebut gubug, karena hanya berukuran sekitar 3x3 m2 yang berdiri di tanah kosong kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Gubug itu hanya terdiri dari satu ruangan bercampur aduk dari kamar tidur, ruang tamu, hingga dapur. Penghuninya adalah sepasang suami istri berusia senja, berumur sekitar 60 tahun an, yang berprofesi sebagai buruh penyapu jalan. Mereka bekerja dari selepas shubuh, hingga menjelang maghrib, menyapu jalan sekitar Tugu Pancoran, dengan upah waktu itu sekitar 5000 rupiah per hari. Namun kali ini saya terjebak oleh rasa kasihan sebagai seorang manusia. Ketika saya melihat mereka, saya jadi teringat dengan orang tua yang tinggal di Yogyakarta, yang juga tinggal sendiri di rumah.
Singkat cerita, seharian kami mengikuti pasangan suami istri lanjut usia itu dari mulai persiapan sebelum Shubuh, hingga sore menjelang. Menjelang maghrib, kami pun meneruskan pengambilan gambar buka bersama pasangan suami istri itu di gubung sederhana mereka. Adzan maghrib pun menggema ke seantero ibukota, dan saya terus merekam aktifitas mereka saat berbuka puasa. Melihat mereka berbuka puasa, saya pun tersenyum sambil mata tak lepas dari view finder kamera video saya. Begitu hangat mereka dalam kesederhanaan di usia senja. Saling berbincang, saling tertawa, saling bercerita, seolah hanya ada kebahagiaan di dalam hidup mereka. Seolah kesulitan hidup hanyalah pandangan orang luar yang hanya melihat hidup mereka "dari luar pagar". Mereka seperti muda dan bahagia.
Tak lama, si bapak memanggil saya dan reporter untuk ikut bergabung berbuka puasa bersama.
"Nak, berbukalah dulu....hentikan dulu bekerja...mari kita berbuka bersama..." kata si bapak memanggil saya.
Saya sebenarnya tidak enak ikut berbuka puasa mengingat makanan mereka terlihat tidak banyak. Saya takut justru merepotkan. Namun untuk kedua kali si bapak memanggil kami.
"Sini...ayo berbuka seadanya...hanya ada sayur bening, dan nasi serta segelas teh panas...."
Saya pun terpaksa memenuhi undangan mereka karena takut mereka tersinggung. Dan benar saja, di situ hanya ada serantang sayur bening yang hanya berisi daun kol saja tanpa ada sayuran lainnya. Teh panas yang dibuatkan si ibu pun bening dan tidak terlalu manis. Namun mereka dengan lahap berbuka dan minum teh bersama sambil tertawa tertawa bertukar cerita. Betapa sore itu di gubung yang hanya terbuat dari triplek bekas itu, saya benar benar mendapat sebuah makna. Betapa kebahagiaan tidak selalu diukur dengan harta dan rupiah. Betapa kehangatan dan cinta tidak selalu diukur dengan rumah mewah dan melimpahnya makanan.
Bahagia itu sederhana....ketika kita merasa bahwa harta adalah semu dan cinta adalah sesuatu jujur serta kekal. Segelas teh panas dan sepiring sayur kol menjadi istimewa, ketika kita tidak lagi memperbincangkan kesulitan...karena sejatinya hidup adalah saat tubuh, tangan, hati, dan pikiran kita selalu bahagia..
Kini saya tida pernah tahu lagi dimana pasangan suami istri itu berada. Terakhir saya berkunjung ke Jakarta dan melewat Pancoran, gubug mereka tidak lagi terlihat.

Minggu, 20 September 2015

Obrolan Menyongsong Tidur

Bijaksana itu ditempa...
Anda tidak akan menjadi bijak dalam posisi hidup mewah
Kebijaksanaan itu terserak diantara tumpukan urat-urat perjalanan hidup. Kebijaksanaan itu tidak tergeletak begitu saja di dalam lemari mewah dengan kunci-kunci baja.
Bijaksana itu ada saat anda merasakan kebahagiaan dalam kekurangan. Saya sendiri tidak yakin kata kebijaksanaan itu keluar dari gedung-gedung megah, dan orang-orang yang masih berpikir bahwa segala hal di dunia ini adalah haknya.
Kebijaksanaan ada karena perenungan dan penghayatan. Ia muncul dari sela buku usang dan obrolan menjemukan di sebuah sudut.
Ia hanya permulaan yang kuncinya kita dapatkan dari sepanjang perjalanan ini.
Kebijaksanaan adalah mula.
Ia yang bukan sebuah teori Kebijaksanaan adalah penerapan tanpa berpikir sombong dan takabur. Ia menunduk seperti padi. Ia panduan yang tidak pernah berhasil dibukukan.
Maka kebijaksanaan adalah cara pandang dan pola pikir.
Ia hanya bisa berjalan dengan sedikit bergumam...
"Iya...saya mengerti...."
"Saya yakin kebijaksanaan akan membawa saya ke jalan yang semakin jauh namun justru semakin bercahaya..."

Sabtu, 12 September 2015

Televisi, benda apakah itu?

Otobiografi Penulis

Jumat, 04 September 2015

Visual Namaku

Namaku visual..
Aku adalah bahasa dari sudut bisu
Aku adalah pemberontakan para penghuni relung gelap
Namaku visual...
Ayahku warna dan ibuku fakta....

Sabtu, 29 Agustus 2015

Catatan Seorang Karyawan

Obrolan sore dengan seorang kawan di sebuah warung sambil nyeruput kopi hitam sedikit pahit dan ngemil pisang goreng yang lumayan sudah dingin.... Kawan saya adalah mantan karyawan sebuah media di Jakarta dan kini memiliki sebuah usaha yang sudah mulai berkembang di Jogja.... Sambil makan satu porsi nasi goreng kambing, kawan saya berkata, "Mengabdi terlalu lama pada perusahaan kadang melatih kita untuk meminta minta....meminta kenaikan gaji...meminta bonus...meminta tambahan penghasilan lainnya....dan semuanya tergantung dari si pemilik, apakah mengabulkan permintaan kita atau tidak...kadang seseorang yang telah bekerja dengan baik dan loyal, belum tentu mendapatkan apa yang diminta...Belum lagi kita harus bersikutan dengan teman sendiri untuk naik jabatan...Inikah yang dinamakan kompetisi?mungkin.....Tapi kadang nasib kita bukan ditentukan etos kerja, loyalitas, dan profesionalisme, tapi kondisi perusahaan dan si pemilik sendiri. Seorang kawan saya yang telah menduduki jabatan tinggi di sebuah perusahaan bercerita jika kini rawan tergusur dari posisinya karena atasannya berganti orang baru dan membawa "pasukan" kepercayaan dari kantor yang lama..." Kawan saya melanjutkan.... "Saya mencoba berpikir sebagai seorang owner perusahaan...saya pasti juga akan berpikir bagaimana perusahaan saya "save" dahulu baru karyawan saya. Sebaik-baik karyawan bekerja, keselamatan perusahaan tetap menjadi pertimbangan utama. Saya jadi ingat kasus dirumahkannya karyawan Apple hingga perusahaan otomotif Ford. Saya yakin diantara ribuah karyawan itu, ada beberapa karyawan yang telah memberikan etos kerja baik dan profesional, namun tetap tidak terselamatkan..." "Kembali lagi ke karyawan, saya paham dunia butuh keseimbangan....pemilik butuh karyawan, dan karyawan butuh kerja....Bedanya adalah kebebasan memilih....Seorang pemilik perusahaan bebas memilih karyawan yang akan dipekerjakan, dan sebaliknya karyawan tidak bisa memilih dimana dia akan bekerja..." "Lalu bagaimanakah seharusnya?Salahkah menjadi karyawan?Saya yakin tidak....karena tidak semua orang punya kesempatan menjadi juragan. Namun yang menurut saya salah adalah terlalu lama dan terlena menjadi karyawan...sehingga kita terjebak pada etos "meminta-minta" tadi...Tidak berusaha mandiri, ketika otak harus berpikir keras bagaimana mendapatkan uang agar bisa makan besok pagi....Bagaimana mau berpikir?Gaji sudah jelas walau tak seberapa...yang penting bekerja dengan baik aja sudah aman jadi pegawai walau gaji pas pasan....belum lagi ditambah jaminan adanya pensiun...Mungkin hanya sedikit pensiunan pegawai yang kaya, mobilnya range rover terbaru, rumahnya gedong, dan tiap liburan panjang bisa berlibur ke Paris....sebagian pensiunan menghabiskan waktu justru dengan post power sindrome, hidup sederhana dengan kata-kata yang sering diucapkan..."opo to le...bapakmu ki mung pensiunan...." Namun ada beberapa juga pensiunan yang saya salut...dengan sembari menghabiskan hari tua dan beristirahat dari hiruk pikuk dunia, masih tidak mau berdiam diri dengan menanam, beternak lele, membuat toko ikan hias, bahkan memiliki usaha sendiri....salut...." Saya mengernyitkan dahi sambil terus memandang kawan saya memanggil pelayan dan memesan satu porsi kentang goreng..... Ia pun meneruskan obrolannya. O..iya....Kadang kita juga juga terlupa, kalau kenaikan gaji yang tinggi pasti diimbangi dengan tanggung jawab dan kinerja yang lebih banyak pula...Kadang kita diharuskan memilih antara keluarga atau pekerjaan....Padahal, anak-anak kita hanya butuh mancing bareng di hari libur, bermain sepeda bareng, wisata ke kebun binatang, atau sekadar main di rumah eyangnya....Mereka tidak tau dan tidak mau tau, serta tidak butuh orang tuanya harus bekerja seharian, tanpa punya waktu bermain bersama demi mengejar impian naik pangkat dan naiknya penghasilan.... Teman saya berkata lagi sambil melebarkan senyum.... "Kalau saya....adalah anak pensiunan dimana bapak adalah orang yang justru memilih pensiun dini karena ingin mendirikan usaha kayu kecil-kecilan sesuai hobinya...Saya juga pernah menjadi seorang karyawan yang hingga tak terasa telah 15 tahun saya mengabdi...Waktu itu saya melihat, kawan-kawan saya sudah punya usaha masing masing yang cukup maju sedangkan saya baru sadar telah terlena cukup lama oleh gaji yang semu dan situasi pekerjaan yang sangat menyita waktu tanpa bisa mengelak dari kewajiban saya sebagai karyawan....Karena mengelak berarti cap tidak profesional dan etos kerja buruk akan berpengaruh kepada karier dan penghasilan, serta kredibilitas....Bahkan kadang kinerja baik pun masih belum tentu baik karena beberapa situasi dan kondisi... Maka...saat itu saya memutuskan untuk memulai belajar lagi dan melepaskan diri dari sebuah situasi dimana saya merasa terjebak oleh waktu yang berjalan pelan dan tak membuat hidup menjadi lebih baik...." Seberat apapun saya harus berani mengubah hidup saya yang telah lama terlena oleh gaji dan fasilitas yang sebenarnya itu itu saja.... (hanya sebuah cerita sekelumit hari ini dimana kadang kita berjalan jauh ke dalam hutan, dan baru sadar kita telah tersesat saat jalan di depan kita ternyata jurang dalam yang semakin sukar dilalui....tidak setuju tidak apa-apa wong ini hanya obrolan kecil tanpa arah...) Saya jadi ingat bordiran tulisan di topi saya...."Thousand journeys always begin from a Single Step...."

Minggu, 09 Agustus 2015

Mitologi dan Belajar Agama dengan Arif

Bicara mengenai kekeringan, saya jadi ingat sebuah kisah tentang ritual merti telaga di daerah selatan Wonosari, Gunung Kidul. Ritual yang menampilkan tari tayub di pinggir telaga kecil itu sungguh menjadikan sebuah pesan tersampaikan tanpa pemaksaan secara fisik. Saya sempat tertawa saat mengusulkan untuk membuat topik itu menjadi sebuah film dokumenter untuk mahasiswa saya. Seorang mahasiswa putri berkerudung menolak mentah mentah topik itu dengan alasan itu adalah tema yang musrik. Saya pun manggut manggut tertawa. Padahal bagi saya sebagai seorang film maker, sebelum membuat sebuah film berkualitas kita harus melepaskan diri dari "atribut" apapun yang kita kenakan, apakah itu agama, suku, bahkan hingga gender.
Saya pun menjelaskan tema yang dianggap "musrik" itu.... Sebelum berbicara tentang ritual Merti Telaga, kita harus mengetahui latar belakang kontur Geografis Gunung Kidul yang tandus dan sering dilanda kekeringan karena tanah di kawasan itu adalah tanah kapur. Telaga yang asri penuh air menjadi sebuah "tambang emas" bagi warga kawasan Gunung Kidul. Namun manusia yang selalu serakah akan terus mencoba mengusik keasrian telaga. Pengrusakan telaga menjadi keniscayaan yang sangat mudah terjadi. Untuk menjaga hal itu, maka dibuatlah mitologi tentang jin penunggu telaga yang bermukim di pohon besar pinggir telaga. Sudah menjadi sifat manusia, jika hanya dilarang secara verbal, maka diam diam tetap tidak akan dipedulikan dan lebih mementingkan isi perut pribadi. Berbeda jika dibuat mitologi, "jika memancing ikan, atau merusak telaga akan mati atau minimal sakit parah....".
Mitologi tersebut terbukti manjur. Namun seperti halnya sifat mitologi yang seperti kata berantai turun menurun, lama-lama akan musnah juga jika tidak rutin di ceritakan. Lalu dibuatlah ritual tari tayub merti telaga, dengan alasan tayub adalah tari kesukaan jin penunggu telaga.
Lalu mengapa tari tayub?sederhananya adalah tari tayub merupakan tarian favorit warga, dan sebuah pertunjukan yang mudah mengumpulkan warga desa. Dan sampai hari ini tarian ini ditarikan setiap setahun sekali di pinggir telaga...
Saat saya mendatangi lokasi, terdapat ratusan warga desa setempat berkumpul dari mulai anak kecil hingga kakek nenek..dari laki laki hingga perempuan..duduk dengan alas seadanya di pinggir telaga, di bawah pohon "tempat tinggal jin penunggu telaga", menyaksikan tarian tayub hingga selesai...
Pesannya sederhana....akhirnya warga desa diingatkan kembali akan adanya jin penunggu telaga yang menjadi benteng bagi perusak telaga yang merupakan sumber air utama di kawasan Gunung Kidul, yang rawan kekeringan..setiap setahun sekali.. Kisah mitologi jin penunggu telaga pun lestari hingga sekarang, sehingga telaga pun terjaga dari potensi-potensi pengrusakan orang-orang yang egois mementingkan perutnya sendiri....
Dan terbukti..kekeringan kini menjadi masalah di berbagai tempat....Hal ini karena filosofi budaya dalam sebuah mitologi telah menjadi musuh di tanahnya sendiri...di dalam bangsanya sendiri....
Sangat disayangkan....pendidikan agama yang tidak diimbangi dengan ilmu cerdas tentang filosofi dan budaya menjadikan ribuan mitologi yang memiliki pesan tinggi seperti tayub merti telaga pun musnah dilibas peradaban dan penyebaran agama yang salah kaprah.....Kini banyak anak-anak yang dengan mudah mengkafirkan atau mengecap musrik tanpa tahu makna indah di belakang sebuah ritual atau budaya..
Saya jadi ingat, betapa tingginya kecerdasan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam dengan merangkul budaya lokal yang mayoritas Hindu dengan mentransformasikan Islam ke dalam budaya... Musrik kah?Tergantung bagaimana kita memaknai apakah ada hubungannya sebuah ritual dengan agama yang menjadi masalah pribadi antara kita dengan Tuhan...atau ritual dan mitologi hanya sebuah pesan dari seorang kakek nenek kepada cucunya, agar cucunya menjaga warisan mereka dengan perilaku yang baik dan benar??
Silakan menjadi orang cerdas dalam melihat budaya bangsa kita sendiri...

Sabtu, 01 Agustus 2015

Toga Untukmu Di Sana

Sudah 5 tahun lebih bapak meninggal... Namun selama itu, saya tidak pernah berhasil menuliskan sesuatu yang menggambarkan seperti apa bapak saya..
Saya hanya ingat beliau adalah seorang yang keras dalam mengajar, jujur, terampil, ulet, dan tak pernah mau diam di rumah.
Saya hanya ingat beliau sebagai seorang Jawa tulen yang mengajarkan ilmu kepada anak-anaknya secara "Jawa"...
Saya ingat bagaimana bosannya saya yang waktu itu masih penuh ego usia muda, saat bapak mengajarkan filosofi hidup laki-laki yang digambarkannya dalam tokoh Bima yang perkasa, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab serta Semar sebagai tokoh idolanya yang menggambarkan sebuah sosok yang memiliki kebijaksanaan tinggi... Namun itulah laki-laki kata bapak suatu malam....gabungan antara Semar Bodronoyo dan "Dewaruci"...atau nama lain Bima dalam sosok yang telah menjadi ksatria bijak, setelah pengembaraannya dalam lakon wayang Dewaruci...Tanpa melalui ujian dalam kisah Dewaruci, Bima tidak akan bisa menjadi Panglima Perang Pandawa dalam perang Baratayuda. Gabungan antara Semar Bodronoyo dan Dewaruci?Sebuah gabungan antara laki-laki sejati yang ksatria, jujur, bertanggung jawab dan bijaksana seperti semar. Bisa "ngemong" para ksatria muda Pandawa dengan cara mendidik dan mempersiapkan mereka menjadi manusia manusia yang baik dan benar.
"Le...kowe ngerti kenopo Bimo nek ning wayang jarik e kotak-kotak ireng putih?" (Le...kamu tau mengapa Bima jika dalam pewayangan Jawa mengenakan kain jarik kotak-kotak hitam dan putih?)
"Karena manusia berada dalam kondisi hitam dan putih....Bima muda adalah seorang yang temperamental dan grusa grusu (tidak cermat, egois, dan mudah mengambil keputusan salah).....Bima muda berada dalam sifat yang hitam....Namun setelah melalui ujian dalam Dewaruci, Bima pun menjadi Bimasena atau Bimasuci, karena ia mempelajari seperti apa manusia yang seharusnya melalui ujian hidup yang dilaluinya. Bima menjadi dewasa dalam sifat dan sikap sehingga di kemudian hari, ia memimpin puluhan ribu pasukan Pandawa di padang Kurusetra dan berhasil membunuh Duryudana (Raja Kurawa). Bima bisa memenangkan pertempuran karena ia berperang tanpa menggunakan emosi yang menjadi sifatnya dahulu...Ia berperang menggunakan akal, sehingga Kepala Duryudana pun dipenggal oleh kuku Pancanaka dan Gada Rujakpala yang menjadi senjatanya. Itulah gambaran manusia le.....Hidup tidak selalu hitam.....namun jika kamu menjalani hidup dengan belajar dari kejadian dan kesalahan, maka hidupmu akan berubah menjadi putih...."
Bapak juga selalu mengibaratkan hidup sebagai kereta api. Jika ingin selamat sampai tujuan, kereta api harus berjalan sesuai relnya....rel tersebut adalah agama dan kepercayaan akan Sang Maha Pencipta.
Bapak adalah orang yang disiplin dengan ilmu pengetahuan. Walaupun tidak mempu sekolah tinggi karena pendidikan tertingginya hanya STM (Sekolah Teknik Menengah atau sekarang disebut SMK), karena berasal dari keluarga petani ekonomi bawah di Bantul, namun bapak adalah seorang eksakta yang kaku dan hidupnya dipenuhi angka angka. Beliau rela tidak makan, asal anak-anaknya bisa sekolah. Pernah suatu hari di masa kuliah, saya minta dibelikan sebuah kamera foto, sebagai alat untuk praktikum fotografi dasar, di kampus. Kamera yang saya incar adalah kamera SLR merk Yashica seri 108 bekas (di toko Central) dengan harga 400 ribu. Berminggu-minggu saya terus merengek minta dibelikan kamera, namun bapak selalu hanya menjanjikan, sampai akhirnya saya ngambek dan beberapa hari tidak pulang ke rumah. Tahu anaknya ngambek, akhirnya bapak mengajak saya ke toko di mana saya ingin membeli kamera. Dan akhirnya saya pun sangat bangga dan senang memiliki kamera pertama saya.
Namun bertahun tahun setelahnya, saya sangat menyesal telah merengek minta dibelikan kamera, karena saya baru tahu, jika ternyata waktu itu bapak tidak memiliki uang untuk membeli kamera semahal itu (waktu itu sekitar tahun 1996). Saya baru tahu jika ternyata bapak (waktu itu bekerja sebagai PNS di Balai Latihan Kerja Depnaker Yogyakarta), selepas pulang kerja tidak langsung pulang, namun harus menjadi buruh di sebuah usaha mebel di jalan magelang, hanya untuk mencari uang tambahan agar bisa mengabulkan permintaan anaknya untuk membeli kamera, sebagai alat praktikum fotografi. Uang hasil kerja itu ditabung hingga cukup untuk membeli kamera..
Suatu hari bapak mendapatkan tugas dari kantor menyeleksi para calon anak-anak STM yang akan dimagangkan ke Jepang di bawah koordinasi depnaker. Rumah kami mendadak sering mendapat tamu yang ternyata orang tua - orang tua calon siswa yang akan magang. Beberapa membawa duit segepok hasil jual sawah atau sapi, untuk "menyuap" bapak agar anaknya dapat diloloskan magang ke Jepang. (Banyak siswa magang sebelumnya yang sukses di jepang dan pulang ke Indonesia membawa uang segepok dan dapat membeli tanah di kampung dari hasil gaji sewaktu kerja magang di Jepang). Apa yang dilakukan bapak? Beliau menolak semua uang-uang yang disodorkan kepadanya dan malah menyuruh membawa uang itu pulang dan dipergunakan untuk biaya pengurusan administrasi yang lain, seperti Visa ataupun uang saku nantinya. Saya sempat jengkel, karena bisa saja kami lantas menjadi kaya dan beli mobil karena uang uang siluman itu. Saat saya komplain ke bapak mengapa uang-uang itu tidak diterima, sedangkan hidup kami waktu itu serba kekurangan, bapak pun menjawab enteng sambil merokok Gudang Garam Internasional kesukaannya..."Buat apa duit haram begitu kita terima??Kalau mau membantu ya jangan ada pamrih...niatku membantu kok....Kalau dia memenuhi syarat ya lolos...tapi kalau tidak, ya gagal..." Bapak pun melanjutkan bahwa manusia hidup itu harus berlaku jujur..Beliau tidak mempunyai syarat apapun dalam membantu orang.... Jika suatu hari saat anak anaknya jauh dan dalam kesulitan, sedangkan beliau tidak kuasa untuk membantu, bapak hanya berharap Tuhan lah yang akan membantu anak anaknya, melalui tangan orang-orang baik lainnya....
Dan Alhamdulillah..Tuhan mendengarkan doanya..Setiap saya memiliki kesulitan saat merantau di Jakarta, selalu ada teman yang membantu saya dalam bentuk apapun...demikian juga dengan adik saya yang merantau di Medan. Dan saat bapak benar-benar tidak kuasa lagi membantu anak anaknya karena meninggal di bulan Maret tahun 2010 lalu, banyak kemudahan dibalik kesulitan yang kami terima....
Saya ingat betapa bahagianya beliau saat saya dan adik saya berhasil lulus kuliah dan wisuda....Bahkan saat saya menikah, hanya bapak lah satu satunya orang yang di pipinya sembab dengan air mata bahagia....
Siang tadi...saya menghadiri prosesi wisuda S2 adik saya di JEC...betapa adik saya bahagia karena merampungkan janjinya untuk meneruskan sekolah lagi suatu hari nanti jika mampu...dan hari ini, adik saya satu satunya, berhasil menuntaskan janji....
Memang tidak ada lagi air mata berlinang.....tidak ada lagi senyum kaku namun bahagia...tidak ada lagi wajah keras yang memarahi kami saat nilai matematika kami di bawah 5.....
Namun saya yakin bapak di atas sana bahagia menyaksikan salah satu anaknya dapat menyelesaikan pendidikan tinggi, seperti yang dicita citakan beliau saat masih ada....
Tuhan...salam dari kami anak anaknya untuk bapak kami di sana...
Jika beliau bahagia, sekarang giliran pipi kami yang sembab oleh air mata bahagia
Terima kasih telah mengajari kami tentang hidup dan kehidupan....

Kamis, 09 Juli 2015

Ramadhan Suci Jangan Pergi

Aku berjalan di lorong Ramadhan
Penuh makna dalam sebuah penelusuran dan pencarian
Lorong itu tak panjang...
Tak lama lagi lorong itu akan berakhir
Lalu akan akan kembali menemukan hiruk pikuk jalan raya dan kembali tenggelam dalam godaan dunia
Lorong itu begitu syahdu dalam suasana yang tak tertandingi
Tak bisa kutebus dengan pakaian baru, hidangan berlimpah, atau kembalinya kebebasan dalam menghirup dunia
Allah aku masih rindu Ramadhan Mu..
Aku belum fitrah dan suci untuk meninggalkan lorong penuh kemuliaan ini
Aku seperti seorang anak kecil yang dilepas orang tuanya untuk memulai perantauan
Allah...aku benar-benar tak ingin Ramadhan selesai..

Rabu, 01 Juli 2015

Alay Adalah Penyakit Menular

Salah satu tanda semakin dekatnya kiamat adalah munculnya generasi alay. Generasi ini jika di amerika diibaratkan dengan Zombie. Pernah liat World War Z, atau resident evil? Alay diduga merupakan semacam penyakit menular akibat virus yang menyerang jaringan otak. Penularannya melalui kontak komunikasi verbal, membaca status media sosial, hingga melalui pola pola kontak fisik atau hubungan sosial berupa pertemanan, pacaran, bahkan saudara. Alay menyebabkan anda overacting, percaya diri berlebihan, merasa harus diperhatikan, gila "like"..."smile"..."jempol"...pujian dan putusnya syaraf malu di otak.
Adapun generasi alay dapat dicirikan dengan :
1. Paling gampang menandai mereka adalah di media sosial ketika anda menemui nama sebuah akun yang bikin pusing kepala anda saat menbacanya. Kata yang paling banyak dipakai untuk akun adalah Cwbie, Imoeth, PngC'tia, ClalueC'tia, Gemez, Chantique, MenunggoeMoe, Kecepian
Contoh : ToekieYyemluThuEnNdoetCbieClalueC'tiaCmToeKi-Run
2. Orang-orang yang di akun media sosialnya menyebutkan bekerja pada perusahaan yang sama, dan celakanya perusahaan ini adalah perusahaan dengan jumlah karyawan paling banyak, namun nggak ada yang di gaji. Tau perusahaan apa namanya? Ya.... PT, Mencari Cinta Sejati Ini adalah tanda kedua.
3. Jika seorang kawan anda berkomunikasi melalui media sosial messenger, atau BBM, atau WA, atau apapun itu dan anda lihat kata-kata yang dia ketik seperti ini : "Huft …Plz dund…bkn t3mb3m cmu4, tp ’emb3m c@iank cMuana’. W AD klaz xmp lw dlu. J4h@d bgd d3ch……fufufuuu :’( " , itu tandanya dia udh terserang virus alay kronis.
4. Jika anda menemukan kawan anda berfoto jeprat jepret sendiri alias selfie sambil pipinya ditembem tembemin....congornya di mancung mancungin (kl orang alay bilang gaya foto Duck Face, Pig Face atau apalah..), lalu diunggah ke media sosial...ini juga salah satu pertanda alay akut......stadium 34 B lah....
Sebenarnya masih ada beberapa tanda-tandanya...tapi krn udh mau buka puasa, jadi sekian dulu. Pesan saya, jika anda menemukan kawan sebelah anda mengalami tanda-tanda seperti diatas, cepat-cepat anda membentengi diri dengan doa, seprotan merica, bawang putih, dan tombak kayu....

Jumat, 26 Juni 2015

Dimensi Waktu

Nonton film Interstellar karya sutradara Christopher Nolan, mmembuat saya berdecak kagum. Bagaimana Christopher Nolan menggambarkan ruang waktu berdimensi secara visual yang menurut saya keren banget! Saya lantas berfikir, apa iya kita hidup dalam dimensi ruang waktu dimana dunia kita ini bukanlah dunia tunggal yang kita lihat kasat mata. Di balik itu tanpa sadar terdapat sebuah ruangan atau dimensi yang maha luas yang mungkin ada di belakang rak buku kita, atau mungkin di kamar kita, atau di depan kita
Christopher berhasil menggambarkan secara gamblang tentang sebuah dimensi berlapis yang membuat kita sebagai orang awam pun paham, seperti apa dimensi yang dimaksud. Jika selama ini kita meraba raba, seperti apa dimensi yang dimaksudkan, maka kita pasti lantas berkhayal tentang dunia seperti yang digambarkan dalam sebuah serial lama berjudul "Quantum Leap" dimana seseorang digambarkan dapat melompat dimensi, atau lebih tepatnya waktu, dimana di sisi lain dimensi hanya roh lah yang sama, raga berbeda.
Di Interstellar, saya membayangkan sesosok hantu yang bagi sebagian orang kasat mata, namun menjadi bentuk nyata saat ada pula manusia yang melihat. Benda bergerak sendiri, bunyi bunyian tanpa ada penyebab, sampai sosok yang hanya dapat dilihat beberapa orang tertentu saja. Saya berpikir, mungkin saja benda bergerak sendiri, bunyi bunyian, dan lain lain itu bukanlah mahluk gaib yang selama ini kita percayai, namun bisa juga terdapat manusia berbeda dimensi di belakangnya. Benda bisa bergera, namun sosok penggeraknya tidak nampak. Bisa jadi manusia kasat mata itu adalah kita sendiri yang melihat hidup kita dari dimensi yang berbeda.
Anda pasti langsung berpikir, "apakah Tuhan juga berada di dimensi yang lain itu?" Tuhan tidak terlihat wujud Nya, namun memiliki energi atau kekuatan yang dapat mempengaruhi benda di sudut manapun juga di alam semesta. Yang jelas kalau menurut saya Tuhan yang mana dulu? Kalau Tuhan yang sebenarnya, maka menurut saya bisa jadi berada di dimensi entah lapis ke berapa, sehingga butuh waktu ribuan, jutaan, bahan milliaran tahun untuk menusia dapat terbang ke tempat Tuhan yang Sebenarnya. Atau Tuhan yang secara spiritual adalah sebuah Dzat yang tidak berbentuk. Ia dapat berkomunikasi dengan manusia yang mengasah batin secara benar. Tidak perlu berpikir dimensi ke berapa, yang pasti saat manusia melaksanakan ritual ibadah dengan benar, maka Tuhan selalu bersamanya dalam setiap perilaku dan tindakan.
Jadi dimensi sangat mungkin ada...
Namun karena manusia adalah mahluk 1 dimensi, maka panca indera manusia umum dibatasi pada kemampuan panca indera masing masing manusia...Sangat mungkin manusia lain ada di dimensi yang berbeda beda, berjarak ribuan sampai milliaran tahun jika kita melakukan perjalanan secara badani. Namun bagi sebagaian manusia yang telah dibekali kelebihan, bisa jadi dimensi itu ada di kanan kiri kita atau di tempat kita berdiri, dan hanya dibutuhkan menit untuk mengaksesnya, dengan syarat manusia tersebut memang benar-benar memiliki kemampuan berpindah dimensi, seperti teori relativitasnya Albert Einstein.

Senin, 22 Juni 2015

MALAS!

Aku bosan hanya diam dan menunggu, sementara dunia terus berevolusi
apa enaknya hanya duduk dan makan tanpa mempunyai rencana yang harus dijalankan?
aku menjelma menjadi pemalas!
Sementara orang-orang di sana terus berlari, aku hanya melihat dan tidak bertindak
bukan aku tidak memiliki keputusan
tapi aku hanya bisa menunggu dan tak bisa bergerak
Tubuhku seperti diikat tali, dan diseret oleh jaman yang terus bergerak
Mungkinkah karena aku tidak memiliki keberanian?
Mungkin saja...
tapi sekali lagi, aku hanya bisa bermalas malasan walaupun kepalaku penuh dengan mimpi

Sabtu, 20 Juni 2015

Emansipasi Keblinger

Hari kartini = emansipasi wanita
emansipasi wanita = duduk sama rendah berdiri sama tinggi..
Baru kemarin saya mendatang sebuah ekspedisi pengiriman di kawasan cebongan. Kantornya sangat sempit dan hanya ada 6 kursi, masing-masing 3 kursi berhadapan. satu sisi mepet meja loket, sisi lainnya mepet ke pintu keluar. Begitu sempitnya sampai2 kalau dipenuhi 4 orang saja kantor itu sudah sesak. Saat saya datang terdapat dua kartini sedang menunggu antrian. Satu kartini duduk di kursi tengah sisi kiri loket, sementara satu kartini lagi juga duduk di kursi tengah (diantara 3 kursi berjajar) di sisi kanan loket. Otomatis dua kursi di kanan kiri kedua kartini itu menjadi sempit dan mubazir krn tdk mungkin diduduki. Sebenernya kursi akan bisa bisa diduduki jika dua kartini itu mau bergeser ke dua kursi yang mepet ke loket atau pintu. Ketika saya datang saya merupakan antrian terakhir shg sbg manusia yang pernah sekolah, saya hrs menghormati antrian.Namun yg terjadi adalah saya tdk bisa duduk krn kedua kartini itu tdk mau bergeser tempat duduk walau melihat saya celingak celinguk kebingungan utk mencari tempat duduk. Bergeser aja tidak apalagi menawari duduk. Walhasil saya pun berdiri di depan loket sambil nunggu antrian, sementara dua kartini tsb asik bbm an dan satunya bengong nunggu antrian....
Hmmm saya jadi ingat bagaimana seorang pria, saat di dalam bus kota, akan dituduh tidak toleran jika tidak mempersilakan seorang wanita, yang tidak kebagian tempat duduk, utk duduk, Suatu hari teman saya yang adalah seorang kartini muda marah marah di depan saya. Sebabnya ia harus berdiri di dlm bus kota dari UGM sampai daerah mantrijeron, gara-gara beberapa pria di dalam bus tidak mau menawarkan tempat duduk kepadanya.Teman saya bilang jika pria-pria sekarang tidak toleran. Saya pun tertawa dan bilang....Kalau kalian para wanita ingin dianggap setara dg pria, lalu kenapa kalian harus mendiskriminasi perlakuan pria?lihat saja, toh jarang ada pria sehat yang ngomel karena harus berdiri di dalam bus, gara gara ada wanita yang tdk mau mempersilakan tempat duduknya untuk ditempati si pria to?haha...teman ssya pun tambah marah dan melotot kepada saya....
Menurut saya emansipasi yang disalah artikan menjadikan wanita menjadi egois...saya yakin keteladanan yang ditunjukkan kartini bukan pada emansipasinya, namun bagaimana wanita harus pandai dan cerdas. Saya tdk suka wanita yang lemah dan maunya dilayani...saya lebih suka wanita sesuai kodratnya, yakni gudang kasih sayang dan kelemah lembutan, namun tangguh seperti baja..lihatlah Cut Nyak Dien, Laksamana Malahayati, Nyi Ageng Serang, Tribhuwana Tunggadewi....Mereka adalah singa yang lemah lembut kepada "anak anaknya..."
Selamat hari Kartini...

Note 06202015

Anda tidak perlu hebat jika orang ingin mengenang anda....anda hanya perlu menciptakan sesuatu yang selalu diingat orang......dan salah satunya adalah etos kerja yang baik dan profesional...

Hard To Say Sorry.....

Maaf hanyalah 4 huruf yang membentuk sebuah kata...
Namun tidak hanya sesepele itu saja. Maaf adalah kata yang paling sulit dipahami oleh manusia dibanding kata lainnya. Saya yakin sesulit sulitnya orang mengucapkan kata maaf, namun lebih sulit bagi orang yang memberikan maaf. Untuk meminta maaf, orang hanya butuh keberanian....Namun perlu hati yang besar, pengorbanan, dan pemahaman yang luar biasa hebat bagi orang yang memberikan maaf. Orang perlu memahami serta meredakan ego dan emosi saat memberikan kata "maaf". Kadang orang yang meminta maaf, tidak mau mengerti mengapa seseorang lain di sana sulit memberi maaf. Saya yakin peminta maaf tidak menyadari betapa besar kerugian yang ditimbulkannya baik secara material maupun psikologis. Saya paham mengapa kata maaf adalah kata yang sulit...karena didalam 4 huruf dan sebuah kata itu terkandung makna besar di belakangnya yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Tentunya tidak akan ada artinya jika meminta maaf atau memberi maaf hanya ucapan lisan belaka.. Orang harus mengerti, betapa besar hati seseorang yang memberikan maaf, dan betapa berani orang yang lahir dan batin meminta maaf.
Maaf adalah kata yang beratnya lebih berat dari benda terberat di alam semesta...Maaf juga kata yang dalamnya jauh lebih dalam dari samudera terdalam di muka bumi...itulah mengapa pemberi maaf selalu menjadi manusia yang kadarnya lebih mulia dari manusia manapun,..Tuhan pun menjanjikan surga bagi orang-orang pemaaf, karena pada dasarnya mereka telah sanggup mengabaikan ego, dan berkorban serta bersedia menanggung kerugian dari perbuatan orang lain yang meminta maaf kepadanya....
seperti kata erros SO7...."kau harus bisa berlapang dada........"
"Catatan sepi di pojok semesta...."

San Andreas dan Life Is Beautiful

Baru kemarin saya mengajak anak-anak nonton film San Andreas. Film yang menceritakan tentang bergetarnya patahan San Andreas yang membentang 1300 Kilometer di pantai barat Amerika Serikat, yang mengakibatkan gempa 9,5 SR di kota San Francisco dan Tsunami setinggi 25 meter, serta mempengaruhi lempeng bumi di seluruh dunia.
Anak saya yang sulung bisa dikatakan sangat familiar dengan bencana. Waktu umur 1 bulan, ia sudah disambut gempa Yogyakarta 5,9 SR yang meluluh lantakkan Bantul. Rumah kami yang berada di kawasan Muntilan kabupaten Magelang tak luput dari goncangan keras akibat gempa Bantul yang menewaskan lebih dari 5000 korban jiwa. Mika, anak saya, yang masih bayi sempat dibawa lari keluar oleh eyang kakungnya saat terjadi goncangan. Selang beberapa hari kemudian, giliran erupsi gunung Merapi 2006 yang menimbulkan getaran disertai hujan material vulkanik tipis. Maklum Muntilan merupakan daerah yang sangat dekat dengan gunung Merapi. Letaknya di sisi barat puncak Merapi. Lalu pada umur 4 tahun, giliran mega erupsi Merapi 2010 yang membuatnya shock akan bencana. Saya yang waktu itu bertugas liputan di Sleman tidak sempat mengungsikan keluarga karena kondisi tugas yang membuat saya tidak bisa meninggalkan pos. Dimulai dari hujan abu lebat hingga erupsi hebat tengah malam tanggal 4 November 2010, saya bertugas di Sleman. Kejadian erupsi besar tanggal 4 November 2010 tengah malam benar-benar memukul kondisi psikologis anak saya. Hujan material vulkanik hebat malam itu, disertai suara ledakan bertubi tubi gunung Merapi, membuat Muntilan dan sekitarnya luluh lantak. Suara pohon-pohon roboh karena tidak sanggup menerima beban beratnya material vulkanik yang jatuh, membuat suara suara mengerikan, ditambah lagi suara ledakan gunung. Belum lagi kondisi listrik yang mati dan hilangnya cahaya matahari karena tertutup debu vulkanik, membuat suasana bertambah mencekam untuk anak kecil berusia 4 tahun, yang punya sejarah bencana semenjak berumur 1 bulan. Saya baru bisa melakukan evakuasi keluarga pagi harinya sekitar jam 7 pagi. Begitu gembiranya keluarga saat saya membuka pintu rumah yang tertutup rapat tanpa listrik.
Semenjak itu, anak saya pun seperti terus teringat peristiwa-peristiwa mengerikan itu. Setiap terjadi cuaca buruk, halilintar, dan listrik mati, ia selalu ketakutan dan bertanya, "apa itu Merapi?" sambil ketakutan dan mencari tempat bersembunyi. Kondisi itulah yang membuat saya sedikit memberontak dengan kantor saat harus bertugas selama 2 minggu di Jakarta, karena Jogja waktu itu sedang terjadi musim cuaca buruk. Anak saya butuh kehadiran saya. Walaupun saya salah karena alasan itu terkesan tidak profesional, dan kantor tidak mau mengerti, tapi saya memilih tidak mau beresiko menanggung beban psiklogis yang lebih panjang karena trauma anak saya, dibanding saya menerima peringatan dari kantor. Saya pun mulai melakukan terapi terapi sederhana kepada anak saya. Konon kata kawan saya seorang psikolog, terapi paling bagus bagi anak adalah terapi dari orang tuanya. Saya pun ingat sebuah film Italia berjudul "Life is Beautiful" yang dibintangi aktor watak Italia Roberto Benigni. Film itu menceritakan seorang ayah Yahudi yang hidup bersama anaknya di kamp konsentrasi Nazi di Italia pada Perang Dunia Kedua. Karena takut akan kondisi psikologis sang anak yang hidup di kamp konsentrasi Jerman Nazi yang penuh kekerasan, maka sang ayah pun memberitahukan kepada anaknya bahwa semua kejadian yang ada di kamp konsentrasi adalah permainan yang ujung-ujungnya berhadiah tank. Dalam film dikisahkan, setiap kejadian mengerikan dengan susah payah diterjemahkan oleh sang ayah kepada anaknya dalam bahasa permainan. Setelah sekutu menang perang, Jerman Nazi pun mundur dan meninggalkan kamp konsentrasi, yang disusul dengan datangnya pasukan tank sekutu menembus tembok kamp konsentrasi, dimana ayah dan anak itu ditempatkan. Si anak pun percaya dia telah

Kaya Hati dan Sahabat

Tetangga saya sepasang orang tua pensiunan PNS kantor gubernur DIY yang tinggal hanya berdua di rumah mereka, sebelah rumah saya persis, karena dua anak perempuannya sudah menikah dan tinggal di luar jawa...saya kasian dengan tetangga saya ini...bagaimana tidak kasian....di bulan ramadhan dan hari raya idul fitri tahun tahun lalu, mereka benar2 kesepian....di saat tetangga tetangga saya yang sudah berusia lanjut lainnya ramai dikunjungi putra putri dan sanak saudara serta warga sekitar, di rumah tetangga sebelah rumah saya ini, tidak ada satupun saudara dan warga sekitar. yang mau beranjangsana silaturahmi di rumahnya...saya melihat hidup mereka begitu sepi bahkan di hari istimewa. Roti kering yang terhidang di meja, yang menjadi "keharusan" di setiap Idul Fitri, tetap utuh tersegel, karena tidak ada satupun tamu yang berkunjung...
Penyebabnya sepele...di hari hari lain di luar ramadhan dan idul fitri, mereka tidak pernah mau bergaul di tengah masyarakat yang mayoritas adalah petani. alasannya adalah mereka menganggap warga tidak sederajad pola pikirnya dg mereka yang lama hidup di kota. Bahkan mereka memusuhi tetangga kanan kiri karena alasan sepele, walaupun kadang justru mereka yang sebenarnya bersalah namun tidak mau mengakui, tapi mereka justru tega memfitnah dan membenarkan diri sendiri. Saat kanan kirinya membangun rumah bertingkat karena lahan pekarangan yang sempit, mereka seperti kebakaran jenggot tidak mau dianggap "lebih miskin". Dengan menghalalkan segala cara mereka menunjukkan kepada warga kanan kirinya bahwa mereka bergelimang uang dengan membeli mobil dan benda benda mewah, bahkan ikut ikutan meningkat rumah, walaupun saya yakin, dengan luas rumah yang lama pun sebenarnya sudah cukup luas kalau hanya untuk mereka berdua. Tidak mau kalah intinya, Padahal warga sekitar tidak punya sedikitpun pikiran, meremehkan mereka walaupun rumah mereka sebelumnya paling kecil. Tidak jarang mereka dg egois menutup gang yg menjadi satu satunya jalan masuk ke komplek saat mengadakan acara kumpul2, tanpa seijin warga kanan kiri pengguna jalan. Saat ditanya, alasannya sudah ijin ketua RT. Padahal pengguna jalan tersebut adalah warga kanan kirinya, dan bukan ketua RT yang lokasi rumahnya justru agak jauh. Sehari hari kerja mereka berkaraoke dengan suara seperti kaleng jatuh dari ketinggian. Mereka menganggap karaoke adalah simbol kekayaan, karena menurut pikiran mereka, orang orang kaya banyak yang hobinya karaoke. Mereka sengaja mengeraskan volume hingga hampir satu komplek mendengar suara "merdu" nya. Yang parah adalah karaoke dilakukan hingga adzan maghrib dikumandangkan. Saat waga yang beribadah merasa terganggu dan protes, sepasang tetangga saya ini justru menjelek jelekkan si pemrotes kepada warga lain dg alasan wong nyanyi nyanyi sendiri kok dilarang.
Mereka lupa saat dulu menikahkan anaknya, saat acara resepsinya kacau balau, karena ketidakmauan mereka mendengar usulan warga, warga yang oleh mereka difitnah bermacam macam, justru yang bahu membahu menyelamatkan muka keluarga ini di depan ratusan tamu undangan. Belum lagi mereka konon juga menebar permusuhan dengan keluarga mereka sendiri dan bahkan orang tua dan mertuanya.........dan banyak lagi sikap yang membuat hari hari spesial menjadi sepi buat mereka.
Seharusnya saat orang tua orang tua lain berada di situasi hangat karena berkumpulnya keluarga dan sanak saudara, sahabat dan tetangga, rumah mereka dingin tanpa keceriaan dan kehangatan. Saya mengasihani mereka karena membayangkan kesepian itu mereka rasakan, saat orang tua lain memeluk anaknya dengan bahagia, dan menerima hormat sebagai orang tua, berupa sembah sungkem dari sanak keluarga dan warga lain yang lebih muda...Kesombongan, gila akan materi dan pikiran picik membuat mereka masih saja memikirkan duniawi di saat seharusnya mereka mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta pemilik kehidupan, dan mengubah diri mereka menjadi bijak shg dpt menjadi panutan bagi orang orang yang umurnya lebih muda dari mereka. .
Kekayaan ternyata bukanlah materi...berapa banyak uang anda, dan berapa banyak harta anda...bukan karena itu anda menjadi dihormati orang lain...Kekayaan yang sebenarnya adalah kehangatan keluarga dan sahabat sahabat yang mencintai kita...anak anak yang selalu rindu pulang ke rumah di hari raya untuk sungkem dan memeluk kita, saat mereka telah sukses dan tersebar di seantero dunia...Saya hanya berdoa, jika diberi umur panjang, semoga saya termasuk orang yang "kaya harta" dan "kaya hati dan kebahagiaan" saat saya seusia tetangga saya tadi...

We Are Spy

Database adalah bisnis terselubung di dunia internet. Bayangkan dengan suka rela kita mengisi biodata kita ke media sosial termasuk kontak pribadi yang memungkinkan Amerika memiliki data gratisan manusia manusia hampir di seluruh penjuru planet bumi. Belum lagi daerah daerah yang dengan sukarela mencantumkan deskripsi daerah termasuk data geografis dan demografis ke website yang terdaftar di google. Tanpa sadar kita telah memberikan rahasia paling privat kita kepada pemerintah Amerika..belum lagi web web yang mengharuskan kita mendaftarkan email atau biodata lain termasuk nomor handphone, sehingga memungkinkan perusahaan pemilik web tersebut berpromosi melalui data kontak yg kita isikan..
Tapi bagaimana lagi?Internet telah menjelma menjadi kebutuhan manusia...satu satunya cara adalah dg kita membangun kekuatan di dunia maya walaupun telah kalah belasan langkah dari eropa, amerika sehingga kekuatan itu hanya akan berputar di negara kita sendiri..

Jumat, 19 Juni 2015

Beautiful Women On Top

Saya masih mencari alasan pasti mengapa setiap cewek dengan paras cantik atau seksi selalu mendapat respon luar biasa setiap kali update status...silakan dibuktiken....update status..."bobo dulu ah...." aja bisa dilike, jempol, atau smiley puluhan bahkan ratusan orang....belum lagi komentar-komentar yang masuk..."mimpi indah yaa...." atau "jangan lupa berdoa..."...atau puluhan komentar yang manis manis dan doa doa baik yang dipanjatkan......
Apa iya hanya karena faktor cantik atau seksi?lalu motivasi orang yang me-like apa hanya memandang ia cantik saja?
Coba anda para laki laki iseng bikin status...."lagi makan iwak asin alias gereh...."...Mungkin like nya bisa banyak, tapi motivasi like nya bisa jadi karena :
Pertama : senang si pembuat status terlihat hidupnya menderita...
Kedua : wujud simpati atau lebih tepatnya kasihan atas nasib buruk si pembuat status...".
Tapi mungkin ada juga beberapa komentar yang masuk....tapi isinya pasti bikin perih hati..."yang sabar ya mas..." atau..."hidup seperti roda,,,kadang di atas kadang di bawah..." atau bahkan karena merasa ada yang senasib, lalu dia bikin komen.."wah sama mas...saya juga ngelu kalo tanggal tua gini....ada ide kreditur dg bunga lunak, tanpa agunan dan gak maen DC kalo telat bayar?"

Rabu, 17 Juni 2015

Ruh Adalah Pengendali Badan

Sejatinya ruh adalah pengendali badan kita. Ruh tidak membutuhkan duniawi. Lapar dan haus adalah kebutuhan badan. Emosi, hasrat, dan ego adalah bisikan dari dalam logika yang menjadi racun bagi ruh.
Sejatinya ruh itu murni dan bersih. Namun karena kebutuhan badan dan bisikan nalar yang telah teracuni oleh keinginan, maka badan, yang sebenarnya hanyalah wadah bagi ruh kita menjalankan tugasnya di dunia, pun mulai mengambil alih sejatinya ruh. Ruh pun dikendalikan kebutuhan duniawi dan keinginan nalar yang teracuni, padahal bukan itu sebenarnya inti dari ruh. Akibatnya manusia yang bertindak adalah badannya dan bukan ruh. Jika dalam bahasa robotic, maka sebuah processor bertindak atas kemauannya sendiri, dan tidak lagi berjalan berdasarkan program yang ditanamkan kepadanya.
Maka, ruh harus dimurnikan, sehingga kita menjadi jujur dan mengendalikan badan kita yang sebenarnya hanyalah alat dan wadah yang harusnya berjalan sesuai program. Alat dan wadah memang butuh bahan bakar, namun pengendalinya tetap berada di tangan programmer. Sejatinya ruh adalah pengendali badan manusia, dan bukan sebaliknya.